
Mengenal Kerajaan Mekongga dari Mantik Sangia
Lulopedia.Tv : Kolaka – Pada Workshop ekonomi kreatif sub sektor media, penulisan konten dan fotografi pariwisata yang dilaksanakan mulai 7-8 Desember 2021 di Kabupaten Kolaka dengan peserta dari kalangan Milenial yang ada di wilayah Suku Mekongga tersebut menghasilkan satu karya penulisan konten terbaik.
Dalam karya tersebut menceritakan mengenai tenunan khas yang hanya dapat ditemukan di wilayah Kabupaten Kolaka yakni Tenunan Mantik Sangia, tenunan yang menggambarkan sejarah dari kerajaan Mekongga.
Selanjutnya, peserta yang memenangkan pelatihan karya penulisan terbaik tersebut yaitu, Zulfikar dengan judul “Mengenal Kerajaan Mekongga dari Mantik Sangia
Akulturasi budaya Kerajaan Mekongga yang ada di Kabupaten Kolaka sangat beragam, tak hanya di sektor bahasa, sastra dan tradisi, bahkan dari keberagaman baju adat dan tenunan juga merupakan nilai jual yang patut diperhitungkan.
Figur pengembangan lembaran yang dinamai “Mantik Sangia” , tenunan adat Mekongga ini tidak lekang dari sosok perintis bernama Aliansi. Melalui tangan dinginnya selama bertahun-tahun dengan proses yang sulit tetapi berhasil mengembangkan tenunan khas adat Mekongga.
Ketertarikan Muhammad Aliansi tentang jejak sejarah kerajaan Mekongga yang dituangkan dalam lembaran-lembaran kain tenun patut mendapat apresiasi. Padahal lelaki yang akrab disapa Ali ini sebenarnya bukan putra asli kelahiran Kabupaten Kolaka.
Melainkan dia adalah perantau asal Sengkang, daerah yang juga merupakan sentra tenun terbesar di Sulawesi Selatan. Pada sejarah, adat, tradisi, dan segala hal yang terkait masa lalu, Ali punya ketertarikan besar. Karena itu, sejak 2009, dia memilih menenun sejarah Mekongga dalam lembaran kain.
“Saya datang di Kolaka tahun 1994, saya bekerja bergadang keliling hingga membantu beberapa usaha milik orang lain. Dan pada tahun 2009 saya memutuskan untuk mulai membuat tenunan adat Mekongga ini,” katanya.
Hasil karyanya itu, Muhammad Ali mematok harga yang relatif terjangkau untuk satu karya tenunan atau baju adat Mekongga ini bermacam-macam, sesuai dengan tingkat kerumitan motifnya serta waktu pembuatan, biasanya untuk satu lembar hasil tenunan dipatok paling rendah Rp100 ribu hingga Rp 5 juta/lembar.
Melalui tenunan kainnya, orang dapat melihat bagaimana bentuk tikar yang dipakai raja dan pemangku adat Mekongga dahulu. Adapula kain tenun bermotif perisai yang dipakai pasukan kerajaan, ornamen dan seni bangunan, perhiasaan, hingga kisah cinta antara dua suku yang diberi nama Tenun Bunga Cinta.
Dalam sebuah pameran dan lomba di Jakarta, Tenun Bunga Cinta merebut gelar juara. Pilihannya menenun bermotif sejarah, tradisi, serta kehidupan sosial dan keseharian masyarakat Kolaka bukan hanya membuat Kabupaten itu kini punya oleh-oleh khas.
Ali juga bisa menghidupi banyak penenun dan menginspirasi penenun lainnya untuk lebih kreatif. Kain tenun yang dahulu tak terlalu dilirik dan nyaris ditinggalkan, kini diminati, termasuk oleh generasi muda.
“Yang jelas kita tetap menjaga kultur budaya terutamanya tenunan adat Mekongga ini. Harapannya melalui tenunan ini para generasi muda bisa mempelajari budaya dan adat, apalagi saat ini dunia modern lama-kelamaan pengetahuan kearifan lokal makin bergeser,” harapnya.
Khazanah pakaian Suku Mekongga di bawah naungan Kerajaan Mekongga begitu kaya, sebut saja seperti Babu Bokeo (Baju Raja), Babu Kapita, Babu Pabitara, Babu Sapati, Babu Mokele, Babu Toonomotuo, Babu Tamalaki, dan Babu Tolea. Baju-baju tersebut yang hingga kini masih dipakai oleh Suku Mekongga dalam setiap proses adat di Kabupaten Kolaka.
Dalam penyambutan setiap tamu kehormatan yang berkunjung di Kolaka pasti akan dikalungkan, dan diberikan tanda kenang-kenangan berupa kain tenunan khas Kolaka tersebut, hal itulah yang membuat “Manik Sangia” ini sangat bernilai ekonomis tinggi dan diminati oleh warga Kolaka maupun diluar Kolaka.
Sebelumnya, dalam sambutan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kolaka, Zulkarnaen Mansyur menyampaikan harapannya dalam pelatihan konten dan fotografi ini dapat memberikan dampak yang besar kepada masyarakat terkhususnya para milenial untuk ikut serta dalam memperkenalkan destinasi wisata Kabupaten Kolaka.
“Saya berharap teman-teman semua setelah mengikuti pelatihan ini, sudah ada kepedulian untuk memperkenalkan destinasi wisata, tempat wisata, ekonomi kreatif yang dilakukan oleh UMKM yang sudah memberikan kontribusi yang besar tehadap peningkatan ekonomi masyarakat. Mari kita semua mengikuti pelatihan ini dengan sebaik-baiknya, sehingga Kolaka ini semakin dikenal,” jelasnya, selasa (7/12/2021).
Perlu diketahui, kegiatan ini sudah dilaksanakan di lima Kabupaten/Kota yaitu, Wilayah pertama di Kota Kendari, Kabupaten Muna, Kota Bau-bau, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Bombana. Serta Kabupaten Kolaka menjadi wilayah terakhir menutup kegiatan Workshop di enam Kabupaten/Kota.
Laporan: Yani
Editor: Ali Rashid